Friday, February 22, 2019

PENGAPLIKASIAN PSIKOLOGI DALAM BELAJAR


PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan kumpulan aktivitas dan saling berhubungan satu dengan lain, dimulai dengan memunculkan kesadaran dalam diri tentang kebutuhan yang ingin dicapai oleh seseorang, kemudian ia mempersiapkan dirinya untuk memenuhi kebutuhannya, langkah berikutnya adalah memahami dan menafsirkan situasi di mana seseorang harus bisa melihat keterkaitan kebutuhannya dengan lingkungan sekitar sehingga ia mampu mencari dan merancang alternatif untuk dapat memenuhi kebutuhan belajarnya secara maksimal, selanjutnya ia harus melakukan apa yang telah ia rumuskan untuk dirinya, dan tahap terakhir adalah hasil yang akan ia capai, jika seseorang bersungguh-sungguh dalam memenuhi kebutuhannya, maka hasil yang diperoleh akan maksimal, dan begitu juga sebaliknya, yaitu orang yang tidak sungguh akan mendapatkan hasil apa adanya.
Di dalam kumpulan aktivitas belajar, maka jelaslah bahwa belajar itu merupakan aktivitas yang direncanakan, dan dalam setiap aktivitas pasti ditemukan permasalahan-permasalahan yang perlu dipecahkan atau dicari solusi terbaik untuk penyelesaiannya. Berkaitan dengan hal ini, secara keilmuan kajian Psikologi yaitu Psikologi Pendidikan datang membantu dunia pendidikan untuk memahami semua individu yang terlibat dalam proses belajar, semua faktor yang mempengaruhinya, bagaimana cara membuat belajar menjadi asik dan menyenangkan, bukan hanya sekedar suasana transfer ilmu  dan pemberian angka sebagai nilai yang dijadikan satu-satunya standar keberhasilan. Dan hal – hal lain yang termasuk dalam kegiatan pendidikan terkhusus belajar.
Di  dalam Psikologi Pendidikan, ada beberapa pendekatan yang dilakukan untuk memahami individu, di antaranya behavior dan kogintif. Pendekatan behavior pendekatan yang menitik-beratkan pandangannya pada aspek tingkah laku lahiriah manusia dan hewan, pendekatan ini melahirkan beberapa teori – teori belajar. Sedangkan teori belajar kognitif merupakan teori yang lebih mengutamakan proses belajar daripada hasil belajar, yang meliputi beberapa pendekatan dan juga melahirkan beberapa teori-teori belajar.
Latar belakang di atas, merupakan dasar pemikiran bagi pemakalah untuk memaparkan secara jelas tentang apa-apa saja teori pendidikan dan teori-teori belajar, serta cara mengaplikasikannya teori pendidikan dan belajar dalam proses belajar mengajar.

2.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian teori, psikologi, dan belajar dalam pendidikan ?
2.    Apasaja teori psikologi tentang belajar ?
3.    Bagaimana cara mengaplikasikan teori-teori psikologi dan belajar tersebut di dalam proses pembelajaran?
3.    Tujuan pembahasan

1.         Mengetahui pengertian teori, psikologi, dan belajar dalam pendidikan.
2.         Mengetahui teori psikologi tentang belajar.
3.         Mengetahui bagaimana cara mengaplikasikan teori psikologi dan belajar dalam pembelajaran.

. 








PEMBAHASAN
Aplikasi Teori Psikologi Dalam Belajar

1.        Pengertian Teori, Psikologi, dan belajar dalam Pendidikan

a.         Pengertian Teori
Stanovich mengatakan : pengertian teori dalam ilmu pengetahuan adalah seperangkat konsep yang saling terkait yang digunakan untuk menjelaskan sekumpulan data dan untuk membuat prediksi tentang hasil dari suatu kegiatan eksperimen di masa depan.
O’Connor mendefenisikan istilah teori adalah sebuah tema yang apik. Teori yang dimaksudkan hanya dianggap absah manakala kita tetapkan hasil-hasil eksperimental yang dibangun dengan baik dalam bidang psikologi atau sosiologi hingga sampai kepada praktek kependidikan. [1]
Wheeler dkk mendefinisikan teori adalah suatu prinsip atau serangkaian prinsip yang menerangkan sejumlah hubungan antara berbagai fakta dan meramalkan hasil-hasil baru berdasarkan fakta-fakta tersebut, sedangkan teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta atau penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.[2]
b.        Pengertian Psikologi
Psikologi berasal  dari istilah bahasa Yunani ; Psyche dan Logos. Psyche artinya jiwa, dan Logos artinya ilmu atau ilmu pengetahuan, Maka psikologi berarti ilmu pengetahuan tentang jiwa atau ilmu jiwa. Sering juga dikatakan psikologi itu adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.[3]
Menurut Sumadi Suryabrata psikologi itu adalah ilmu pengatahuan yang berusaha memahami sesama manusia, dengan tujuan untuk dapat memperlakukannya dengan lebih tepat.[4]
Menurut pendapat para ahli :
1) .  Plato dan Aristoteles : Psikologi adalah ilmu pengetahuan yag mempelajari   tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
2).  Gustav Fechner : Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan dan saling ketergantungan antara rohani dan jasmani manusia.
3) .  Jhon Broudus Watson : Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku nampak (lahiriah) dengan menggunakan metode observasi yang obyektif terhadap rangsang dan jawaban (respon).
4)   Percival M. Symond : Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pengalaman, kegiatan ruhaniyah, dan tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan sikap responsive serta sikap penyesuaian diri terhadap dunia sekitar. [5]
c.    Pengertian Belajar
Berikut adalah beberapa defenisi tentang belajar :
1)      Cronbach dalam bukunya Educational Psychologu menyatakan :  “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.“Menurut Cronbach belajar yang paling baik adalah melalui pengalaman. Maksud melalui pengalaman adalah pada saat siswa melakukan proses belajar, mereka secara langsung menggunakan potensi panca inderanya untuk berinteraksi dengan obyek belajar.
2)      Chaplin dalam Dictionary Psikologi memberikan pengertian belajar dengan dua rumusan, yaitu :
Ø “… acquisition af any relatively permanent change in behavior as a result of practice dan experience
( Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman).
Ø proses of acquiring renponses as a result of special practice “  Belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus).

3)   Howard L. Kingsley menyatakan :
“ Learning is the process by which behavior  (in the broader sense) is originated or changed trought practice or training. “( Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan dan diubah melalui praktek dan latihan.
Pendapat Chaplin dan Howard memiliki persamaan yaitu adanya perubahan  tingkah laku seseorang disebabkan oleh pengalaman melalui praktek dan latihan.[6]
4) Witherington, dalam buku Educational Psychology menyatakan :
“Belajar adalah suatu di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.[7]
Jadi, pengertian teori psikologi belajar dalam pendidikan ialah Seperangkat konsep yang saling terkait untuk menjelaskan sekumpulan data dan untuk membuat prediksi tentang hasil dari suatu kegiatan ekperimen di masa depan sesuai dengan ilmu jiwa umtuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.

2. Teori Psikologi tentang Belajar

Para ahli Psikologi dalam eksperimennya, telah menemukan beberapa teori belajar yang dapat digolongkan menjadi dua teori yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan. Dalam belajar, ada beberapa pendekatan yang dilakukan oleh psikologi pendidikan, antara lain pendekatan behavioral dan pendekatan kognitif. Selanjutnya pemakalah akan menguraikan kedua pendekatan di atas.
a.    Pendekatan Behavioral
Pendekatan behavioral adalah pendekatan yang menitik-beratkan pandangannya pada aspek tingkah laku lahiriah manusia dan hewan dan perilaku atau behavior dari peserta didik dan pendidik merupakan masalah penting dalam psikologi pendidikan.Tokoh behavior antara lain Eduard Lee Thordike yang mencetuskan teori “Trial and Error” dan J.B. Watson dengan teorinya “Stimulus-Respon” atau (S-R-Bon).
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.Atau dengan kata lain jika seseorang dapat menunjukkan suatu perubahan terkhusus perubahan tingkah laku, maka dapat disimpulkan ia telah belajar. Misalnya, seorang guru mengajari siswanya membaca,  dalam proses pembelajaran guru dan siswa benar-benar dalam situasi belajar yang diinginkan, walaupun pada akhirnya hasil yang dicapai belum maksimal. Namun, jika terjadi perubahan terhadap siswa yang awalnya tidak bisa membaca menjadi membaca tetapi masih terbata-bata, maka perubahan inilah yang dimaksud dengan belajar.
Jika diuraikan contoh di atas, dengan kajian stimulus (rangsangan) dan respon (reaksi), maka dalam pernyataan situasi belajar yang diinginkan, ini bermaksud dalam proses belajar guru memberikan stimulus membaca dengan berbagai hal, seperti menuliskan kalimat dengan alat tulis yang berwarna-warna, atau membuat alat peraga dalam bentuk gambar dan bersama siswa menyimpulkan apa saja yang ada di dalam gambar, kemudian menuliskannya, dan membaca apa yang telah dituliskan. Jika siswa terlibat secara total dalam proses, ini berarti mereka memberikan respons atau tanggapan positif terhadap pembelajaran, dan pada akhirnya akan mendapatkan hasil dalam bentuk perubahan tingkah laku siswa.
Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukan (input) yang berupa stimulus dan keluaran (output) yang berupa respons, dan apapun yang terjadi di antara stimulus dan respon, dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati. Alasan ini karena behavior  adalah teori yang mengutamakan pengukuran dan sesuatu yang dapat diukur dalam proses pembelajaran adalah  stimulus yang diberikan guru dan respons yang dihasilkan siswa dalam bentuk perubahan tingkah laku. Hal ini senada seperti yang dinyatakan oleh Jhon W.Santrock bahwa menurut behavioris, bahwa pemikiran, perasaan, dan motif  bukan subjek untuk ilmu perilaku sebab tidak dapat diobservasi secara langsung.
Syaiful Akhyar Lubis yang dikutip dari google, menuliskan teori-teori yang dapat dikelompokkan pada teori behavioristik, antara lain :
1)   Koneksionisme ( Thorndike )
2)   Classical conditioning (Pavlov, Watson)
3)   Systematic behavior theory (Hull, Spence)
4)   Contiguous conditioning (Guthrie)
5)   Descriptive behavior atau operant conditioning (Skinner).
Lebih lanjut, Syaiful Akhyar Lubis menuliskan bahwa menurut Bigge, teori behavior memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mementingkan faktor lingkungan
2. Mementingkan bagian-bagian (elemen)
3. Mengutamakan mekanisme peranan reaksi
4. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar
5. Mementingkan sebab-sebab di waktu yang lalu
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan
7. Dalam memecahkan masalah, ciri khasnya adalah “trial and error[8]
Tak ada gading yang tak retak, satu pribahasa yang menggambarkan bahwa tak ada yang sempurna, dalam hal ini tidak terkecuali teori behavior, karena itu di samping kelebihan tentulan ada kekurangannya, Ella Yulaelawati menguraikan kelebihan dan kelemahan teori behavior, sebagai berikut :
1)   Kelebihan behavirostik : peserta didik difokuskan pada tujuan yang jelas sehingga dapat menanggapi secara otomatis. Contoh : peserta didik mampu menjelaskan sifat-sifat air, maka diharapkan peserta didik mampu menjawab pertanyaan tentang sifat-sifat air.
2)   Kelemahan behavirostik : peserta didik dapat berada dalam situasi dimana rangsangan (stimulus) dari jawaban yang benar tidak tersedia. Contoh : peserta didik harus membuang sampah pada tempatnya, tetapi tidak tersedia tempat dan sistem pembuangan sampah.

Dalam behavior ada beberapa pendekatan untuk pembelajaran, yaitu ;
1)        Pengkondisian Klasik : yaitu tipe pembelajaran dimana suatu organisasi
belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasi stimuli. Maksudnya stimulus netral (seperti melihat seseorang) diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna (seperti makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk menimbulkan respons yang sama, Pavlov memberikan contoh : seekor anjing saat melihat makanan maka ia akan mengeluarkan air liur, tetapi ketika ia mendengar bel, anjing tidak mengeluarkan air liur. Kemudian Pavlov mengkondisikan ketiga hal tersebut dalam sebuah proses, di mana stimulus  dan diberikan adalah makanan dan bel yaitu adanya percobaan pembiasaan ketika anjing mendengarkan suara bel, berarti waktu makan telah tiba sehingga anjing mengeluarkan air liur, akhirnya output yang dihasilkan oleh Pavlop adalah saat anjing mendengar bel maka ia mengeluarkan air liur karena teringat akan makanan.
2)    Pengkondisian Operan : sebentuk pembelajaran dimana konsekuesi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas     perilaku itu akan diulangi. Tokoh pendekatan ini adalah B.F. Skinner yang didasari pandangan E.L. Thorndike. Adapun contohnya adalah E.L. Thorndike memperlajari kucing dan kotak. Ia memasukkan kucing yag lapar dalam kotak dan meletakkan ikan di luar kotak. E.L. Thorndike membuat tombol di dalam kotak agar kucing bisa keluar. Pada percobaan pertama, kucing melakukan beberapa gerakan untuk bisa keluar dari kotak dan tanpa sengaja menginjak tombol dan akhirnya ia bisa keluar,  Pada percobaan berikutnya kucing dimasukkan kembali dan gerakan awal mulai berkurang sampai ia bisa menginjak tombol. Percobaan ini berakhir sampai kucing ketika dimasukkan ke dalam kotak, dengan sekali pijakan ia menginjak tombol dan langsung keluar dari kotak.[9]

Prinsip-Prinsip Behaviorisme, yaitu :
1. Objek psikologi adalah tingkah laku, mazhab ini memandang objek psikologi bukanlah kesadaran tapi tingka laku. Sehingga pengalaman-pengalaman psikis tidak diteliti dalam perubahan-perubahan gerakan badaniah yang observable. Metode yang dipakai dalam pengkajian objek sepenuhnya menerapkan metode yang dipakai dalam kajian ilmu pengatahuan alam.
2. Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada refleks-refleks. Behaviorisme menindaklanjuti apa yang telah dirintis psikologi asosiasi yang ingin menemukan elemen-elemen apa yang mendasari tingka laku, dan ternyata elemen-elemen tersebut, berada pada refleks-refleks atau reaksi yang tidak disadari terhadap suatu rangsang.
3. Behaviorime, idak mengakui adanya potensi bawaan seperti bakat, sifat umum yang menurun. Sebab pendidikan dan lingkungan memegang kekuasaan penuh terhadap proses pembentukan perilaku individu.[10]
b.    Pendekatan Kognitif
Teori belajar kognitif merupakan teori yang lebih mengutamakan proses belajar daripada hasil belajar.  Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons (dalam aliran behavioristik). Karena tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Ada dua pendekatan dalam teori kognitif yaitu :
1)        Teori Kognitif Sosial Bandura : Teori ini menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan faktor perilaku, memainkan peranan penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif mungkin berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan; faktor sosial mungkin mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orangtuanya.Dalam model ini, faktor person atau kognitis memegang peranan penting yang disebut juga dengan self-efficacy yaitu adanya keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan menghasilkan suatu hasil yang bernilai positif.
2)        Pembelajaran Observasional : Pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain.
Teori-teori yang dapat dikelompokkan pada teori kognitif antara lain :
1)   Teori Gestalt (Koffks, Khlor, Wertheimer )
2)   Teori Medan (Lewin)
3)   Teoti Organistik (Wheeler).
4)   Teori Sains Gestalt
5)   Teori Humanistik (Masloew, Rogers)
Dan ciri-cirinya adalah :
1)      Mementingkan  apa yang ada alam didik perserta  didik,
2)      Mementingkan keseluruhan
3)      Mementingkna peranan kognitif
4)      Mementingkan keseimbangan  dalam diri peserta didik.
5)      Mementingkan kondisi yang ada pada waktu kini
6)      Memnetingkan pembentukan struktur kognitif
7)      Dalam pemecahan problem, cirinya adalah insight.

Adapun   kelebihan   dan   kelemahan  teori  kognitif,  Ella  Yulaelawati kembali menjelaskan yaitu :
1)   Kelebihan kognitif :  penerapan teori kognitif bertujuan untuk melatih peseta didik agar mampu mengerjakan tugas dengan cara yang sama dan konsisten. Contoh : cara belajar peserta didik berbeda-beda, mereka perlu secara rutin dilatih untuk mencapai cara umum yang tepat.
2)   Kelemahan kognitif : peserta didik belajar suatu cara melesaikan tugas, tetapi cara yang dipilih belum tentu yang terbaik. Contoh : peserta didik belajar cara menulis surat dengan cara yang sama, perlu diperhatikan.

Pembahasan tentang teori psikologi tentang belajar menjelaskan kepada kita bahwa ilmu untuk mengetahui jiwa dalam hal ini erat kaitannya dengan belajar, baik dalam langkah awal, kemudian terjadinya proses, sampai kepada hasil belajar itu sendiri, sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan terkhusus dalam masalah belajar. Kebutuhan ini bukan hanya sekedar mencapai hasil maksimal dalam bentuk nilai-nilai, tetapi lebih dalam dari itu ilmu psikologi ini akan mengiringi langkah-langkah perubahan anak sesuai dengan karakter dan talenta yang dimilikinya. Pada proses selanjutnya terjadi perkembangan sehingga melahirkan teori-teori belajar yang akan membantu dalam proses belajar dan perolehan hasil belajar yang maksimal.


3.  Aplikasi Teori Psikologi dan Belajar dalam Pembelajaran

Menurut C.Asri Budiningsih, aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan peraktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Alasan ini disebabkan karena aliran behavior menekankan pada terbentuknya model hubungan stimulus dan respon. Sehingga sangat terkesan pelajar menjadi individu yang pasif.  yang berperilaku sesuai stimulus yang diberikan pengajar. Dan metode yang dipakai dalam teori ini hanya menggunakan metode pembiasaan atau drill, sehingga pelajar dapat dibentuk dengan situasi tertentu. Maka untuk mengaplikasikan teori ini dibutuhkan beberapa hal, antara lain menurut C.Asri Budiningsih adalah  tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia pembelajaran yang dirancang dan dilaksananakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Teori behavioristik merupakan teori yang secara khusus bicara tentang perubahan tingkah laku yang nampak secara lahiriah, karena itu para pelajar diatur dengan penegakan disiplin yang ketat dan mengutamakan pembelajaran melalui buku teks yang merupakan pegangan wajib pelajar.
Secara umum, langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan dalam merancang pembelajaran. Langkah-langkah tersebut meliputi :
a.    Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
b.   Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal ( entery behavior) siswa.
c.    Menentukan materi pelajaran.
d.   Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik dan sebagainya.
e.    Menyajikan materi pelajaran
f.     Memberikan stimulus dapat berupa pertanyaan, baik lisan maupun tertulis, tes / kuis, latihan atau tugas-tugas.
g.    Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa.
h.    Memberikan penguatan / reinforcement ( mungkin penguatan positif) ataupun penguatan negatif) ataupun hukuman.
i.      Memberikan stimulus baru
j.      Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa.
Berikut pemakalah memberikan contoh dengan mengaplikasikan teori belajar behavior dari teori belajar E.L. Thorndike.
a. Tujuan pembelajaran      :                 
v  Siswa  dapat  mengucapkan  kosa  kata   dalam   bahasa   Arab   tentang
    fasilitas umum.
v Siswa dapat menggunakan  kosa kata bahasa arab (fasilitas umum) dalam      kalimat.
b.   Pengetahuan Awal :
v Siswa telah mengetahui Bahasa Arab tentang Isim Isyarat (kata tunjuk).
c.   Materi Pelajaran             :  Fasilitas umum  
d.  Sub pokok bahasan        :  -
e.   Penyajian materi            :  Praktek yang dilakukan oleh guru
f.   Memberikan stimulus    :  Pertanyaan yang diberikan oleh guru
g.  Mengamati respon siswa           :
v Siswa dapat menebak gerakan yang dilakukan oleh guru
h.   Memberikan penguatan : Guru memberikan reward berupa pujian
i.    Memberikan stimulus baru        :
v Guru memerintahkan siswa untuk melafalkan kosa kata   Bahasa Arab dan menggunakannya dalam bentuk kalimat
j.    Mengamati respon siswa           :
v Siswa dapat melafalkan kosa kata Bahasa Arab dan menggunakannya dalam bentuk kalimat.
Sedangkan teori belajar kognitif sangat berbeda dengan teori belajar behavioristik. Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Model belajar kognitif menyatakan hubungan tentang adanya tingkah laku seseorang dengan  perpepsi pemahamannya terhadap situasi yang berkaitan erat dengan tujuan belajar yang diinginkan.
Kembali C.Asri Budiningsih mengatakan bahwa belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Maka aliran ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Adapun prinsip – prinsip yang dipakai dalam aplikasi teori kognitif adalah :
1.    Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses. Mereka  mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2.    Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar, akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
3.    Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan karenanya dengan mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4.    Untuk menarik minat dan menimgkatkan prestasi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki sipelajar.
5.    Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghapal. Agar bermakna, informsi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengeahuan yang dimiliki siswa. Tugas guru adalahmenunjukkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
6.    Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan  berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.
Langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan :
a.    Menentukan tujuan pembelajaran
b.    Memilih materi pelajaran
c.    Menentukan topi yang dapat dipelajari siswa secara aktif
d.   Menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik tersebut, misalnya penelitian, memecahkan masalah, diskusi dan sebagainya.
e.    Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas dan cara berpikir siswa.
f.     Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Berikut pemakalah memberikan contoh dengan mengaplikasikan teori belajar kognitif  dari teori Gestalt.
a.  Tujuan pembelajaran      :
v Siswa dapat menjelaskan siklus hujan
v Siswa dapat menggambarkan siklus hujan
b.   Materi Pelajaran             : Siklus Hujan
c.     Topik pelajaran              : Proses terjadinya hujan
d.     Kegiatan pembelajaran  : Pengamatan pada gambar .
e.     Metode Pembelajaran    : Diskusi
f.      Penilaian akhir               :
v   Siswa mampu menjelaskan proses terjadinya hujan dengan menggunakan gambar[11]




PENUTUP

Kesimpulan
Teori dalam ilmu pengetahuan adalah seperangkat konsep yang saling terkait yang digunakan untuk menjelaskan sekumpulan data dan untuk membuat prediksi tentang hasil dari suatu kegiatan eksperimen di masa depan. Beranjak dari pengertian teori, para pakar pun membuat konsep-konsep yang dapat menjelaskan pengertian dan memberikan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu, terkhusus tentang ilmu psikologi dengan cabang keilmuannya yaitu Psikologi Pendidikan, yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan, maupun  Psikologi belajar  yang berisi teori-teori psikologis mengenai belajar yakni teori-teori yang khusus mengupas cara individu belajar atau melakukan pembelajaran.
Dalam Psikologi Pendidikan terdapat beberapa pendekatan yaitu pendekatan behavior, yang menekan pada terbentuknya model hubungan stimulus dan respon. Dan teori kognitif yaitu model belajar di mana tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Baik teori behavior maupun kognitif, keduanya memiliki kelebihan dan kelemahan. Namun, keberadaan kedua teori tersebut sangat membantu dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal, yang bukan hanya mengupas tentang pribadi orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran, bahkan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yang berada di luar diri individu itu sendiri.
.            




Saran

a.    Untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal maka diperlukan berbagai upaya dalam prosesnya, seperti perencanaan pembelajaran yang baik, pemilihan teori belajar yang tepat, persiapan diri yang matang, dan lain-lain.
b.    Karena pentingnya mendalami psikologi pendidikan dan teori-teori belajar, maka sudah seharusnya sebagai seorang guru terus memacu dan meningkat kemampuan diri dengan banyak membaca, kemudian menganalisa, dan melahirkan inovasi baru dalam dunia pendidikan.




DAFTAR PUSTAKA

Islamuddin, Haryu. 2012. Psikologi Pendidikan. Jember: Pustaka Belajar.
Khadijah, Nyayu. 2009. Psikologi Pendidikan. Palembang: CV. Grafika Telindo.
Mahmud. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Purwanto, M. Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
www.google.co.id



[1] Www. Google. Co.id
[2] Dr.nyayu Khadijah, S.Ag., M.Si, Psikologi Pendidikan, (Palembang : Grafika Telindo Press, 2009) Hlm. 61
[3]  Haryu Islamuddin, psikologi pendidikan, (Jember : Pustaka belajar, 2012) Hlm. 1
[4]  Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008) Hlm. 1
[5] www. Google. Co.id
[6]  Dr. H. Mahmud, M.Si, psikologi pendidikan, (Bandung : CV. Pustaka setia, 2010) Hlm. 63
[7]  DRS. M. Ngalim purwanto, MP, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya, 2010) Hlm. 84
[8] Haryu Islamuddin, op.cit, Hlm. 62
[9]  Www.google.co.id
[10]  Haryu Islamuddin, op.cit, Hlm. 64
[11] www. Google. Co.id