PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan kumpulan aktivitas
dan saling berhubungan satu dengan lain, dimulai dengan memunculkan kesadaran
dalam diri tentang kebutuhan yang ingin dicapai oleh seseorang, kemudian ia
mempersiapkan dirinya untuk memenuhi kebutuhannya, langkah berikutnya adalah
memahami dan menafsirkan situasi di mana seseorang harus bisa melihat
keterkaitan kebutuhannya dengan lingkungan sekitar sehingga ia mampu mencari
dan merancang alternatif untuk dapat memenuhi kebutuhan belajarnya secara
maksimal, selanjutnya ia harus melakukan apa yang telah ia rumuskan untuk
dirinya, dan tahap terakhir adalah hasil yang akan ia capai, jika seseorang
bersungguh-sungguh dalam memenuhi kebutuhannya, maka hasil yang diperoleh akan
maksimal, dan begitu juga sebaliknya, yaitu orang yang tidak sungguh akan
mendapatkan hasil apa adanya.
Di dalam kumpulan aktivitas belajar,
maka jelaslah bahwa belajar itu merupakan aktivitas yang direncanakan, dan
dalam setiap aktivitas pasti ditemukan permasalahan-permasalahan yang perlu
dipecahkan atau dicari solusi terbaik untuk penyelesaiannya. Berkaitan dengan
hal ini, secara keilmuan kajian Psikologi yaitu Psikologi Pendidikan datang
membantu dunia pendidikan untuk memahami semua individu yang terlibat dalam
proses belajar, semua faktor yang mempengaruhinya, bagaimana cara membuat
belajar menjadi asik dan menyenangkan, bukan hanya sekedar suasana transfer
ilmu dan pemberian angka sebagai nilai yang dijadikan satu-satunya
standar keberhasilan. Dan hal – hal lain yang termasuk dalam kegiatan
pendidikan terkhusus belajar.
Di dalam Psikologi Pendidikan,
ada beberapa pendekatan yang dilakukan untuk memahami individu, di antaranya
behavior dan kogintif. Pendekatan behavior pendekatan yang menitik-beratkan
pandangannya pada aspek tingkah laku lahiriah manusia dan hewan, pendekatan ini
melahirkan beberapa teori – teori belajar. Sedangkan teori belajar kognitif
merupakan teori yang lebih mengutamakan proses belajar daripada hasil belajar,
yang meliputi beberapa pendekatan dan juga melahirkan beberapa teori-teori
belajar.
Latar
belakang di atas, merupakan dasar pemikiran bagi pemakalah untuk memaparkan
secara jelas tentang apa-apa saja teori pendidikan dan teori-teori belajar,
serta cara mengaplikasikannya teori pendidikan dan belajar dalam proses belajar
mengajar.
2. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian teori, psikologi, dan
belajar dalam pendidikan ?
2.
Apasaja teori psikologi tentang
belajar ?
3.
Bagaimana cara mengaplikasikan
teori-teori psikologi dan belajar tersebut di dalam proses pembelajaran?
3. Tujuan pembahasan
1.
Mengetahui pengertian teori,
psikologi, dan belajar dalam pendidikan.
2.
Mengetahui teori psikologi tentang
belajar.
3.
Mengetahui bagaimana cara
mengaplikasikan teori psikologi dan belajar dalam pembelajaran.
.
PEMBAHASAN
Aplikasi Teori Psikologi Dalam
Belajar
1.
Pengertian
Teori, Psikologi, dan belajar dalam Pendidikan
a. Pengertian
Teori
Stanovich mengatakan : pengertian
teori dalam ilmu pengetahuan adalah seperangkat konsep yang saling terkait yang
digunakan untuk menjelaskan sekumpulan data dan untuk membuat prediksi tentang
hasil dari suatu kegiatan eksperimen di masa depan.
O’Connor mendefenisikan istilah
teori adalah sebuah tema yang apik. Teori yang dimaksudkan hanya dianggap absah
manakala kita tetapkan hasil-hasil eksperimental yang dibangun dengan baik
dalam bidang psikologi atau sosiologi hingga sampai kepada praktek
kependidikan. [1]
Wheeler dkk mendefinisikan teori
adalah suatu prinsip atau serangkaian prinsip yang menerangkan sejumlah
hubungan antara berbagai fakta dan meramalkan hasil-hasil baru berdasarkan
fakta-fakta tersebut, sedangkan teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip
umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan
atas sejumlah fakta atau penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.[2]
b. Pengertian
Psikologi
Psikologi berasal dari istilah
bahasa Yunani ; Psyche dan Logos. Psyche artinya jiwa, dan
Logos artinya ilmu atau ilmu pengetahuan, Maka psikologi berarti ilmu
pengetahuan tentang jiwa atau ilmu jiwa. Sering juga dikatakan psikologi itu
adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.[3]
Menurut Sumadi Suryabrata psikologi
itu adalah ilmu pengatahuan yang berusaha memahami sesama manusia, dengan
tujuan untuk dapat memperlakukannya dengan lebih tepat.[4]
Menurut pendapat para ahli :
1) . Plato dan Aristoteles : Psikologi
adalah ilmu pengetahuan yag mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai
akhir.
2). Gustav Fechner : Psikologi adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan dan saling ketergantungan
antara rohani dan jasmani manusia.
3) . Jhon Broudus Watson : Psikologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku nampak (lahiriah) dengan
menggunakan metode observasi yang obyektif terhadap rangsang dan jawaban
(respon).
4) Percival M. Symond : Psikologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pengalaman, kegiatan
ruhaniyah, dan tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan sikap responsive
serta sikap penyesuaian diri terhadap dunia sekitar. [5]
c. Pengertian
Belajar
Berikut
adalah beberapa defenisi tentang belajar :
1) Cronbach
dalam bukunya Educational Psychologu menyatakan : “Learning is shown
by a change in behavior as a result of experience.“Menurut Cronbach belajar
yang paling baik adalah melalui pengalaman. Maksud melalui pengalaman adalah
pada saat siswa melakukan proses belajar, mereka secara langsung menggunakan
potensi panca inderanya untuk berinteraksi dengan obyek belajar.
2) Chaplin
dalam Dictionary Psikologi memberikan pengertian belajar dengan dua rumusan,
yaitu :
Ø “… acquisition af any relatively
permanent change in behavior as a result of practice dan experience “
( Belajar
adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat
latihan dan pengalaman).
Ø “ proses of acquiring renponses
as a result of special practice “ Belajar ialah proses
memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus).
3) Howard L. Kingsley menyatakan :
“ Learning is the process by which behavior (in
the broader sense) is originated or changed trought practice or training. “( Belajar
adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan dan diubah
melalui praktek dan latihan.
Pendapat Chaplin dan Howard memiliki
persamaan yaitu adanya perubahan tingkah laku seseorang disebabkan oleh
pengalaman melalui praktek dan latihan.[6]
4) Witherington, dalam buku Educational
Psychology menyatakan :
“Belajar adalah suatu di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.[7]
Jadi, pengertian teori psikologi
belajar dalam pendidikan ialah Seperangkat konsep yang saling terkait untuk
menjelaskan sekumpulan data dan untuk membuat prediksi tentang hasil dari suatu
kegiatan ekperimen di masa depan sesuai dengan ilmu jiwa umtuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.
2. Teori Psikologi tentang Belajar
Para ahli Psikologi dalam
eksperimennya, telah menemukan beberapa teori belajar yang dapat digolongkan
menjadi dua teori yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan. Dalam
belajar, ada beberapa pendekatan yang dilakukan oleh psikologi pendidikan,
antara lain pendekatan behavioral dan pendekatan kognitif. Selanjutnya
pemakalah akan menguraikan kedua pendekatan di atas.
a. Pendekatan Behavioral
Pendekatan behavioral adalah
pendekatan yang menitik-beratkan pandangannya pada aspek tingkah laku lahiriah
manusia dan hewan dan perilaku atau behavior dari peserta didik dan pendidik
merupakan masalah penting dalam psikologi pendidikan.Tokoh behavior antara lain
Eduard Lee Thordike yang mencetuskan teori “Trial and Error” dan J.B.
Watson dengan teorinya “Stimulus-Respon” atau (S-R-Bon).
Menurut teori behavioristik, belajar
adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara
stimulus dan respon.Atau dengan kata lain jika seseorang dapat menunjukkan
suatu perubahan terkhusus perubahan tingkah laku, maka dapat disimpulkan ia
telah belajar. Misalnya, seorang guru mengajari siswanya membaca, dalam
proses pembelajaran guru dan siswa benar-benar dalam situasi belajar yang
diinginkan, walaupun pada akhirnya hasil yang dicapai belum maksimal. Namun,
jika terjadi perubahan terhadap siswa yang awalnya tidak bisa membaca menjadi
membaca tetapi masih terbata-bata, maka perubahan inilah yang dimaksud dengan
belajar.
Jika diuraikan contoh di atas,
dengan kajian stimulus (rangsangan) dan respon (reaksi), maka dalam pernyataan
situasi belajar yang diinginkan, ini bermaksud dalam proses belajar guru
memberikan stimulus membaca dengan berbagai hal, seperti menuliskan kalimat
dengan alat tulis yang berwarna-warna, atau membuat alat peraga dalam bentuk
gambar dan bersama siswa menyimpulkan apa saja yang ada di dalam gambar,
kemudian menuliskannya, dan membaca apa yang telah dituliskan. Jika siswa
terlibat secara total dalam proses, ini berarti mereka memberikan respons atau
tanggapan positif terhadap pembelajaran, dan pada akhirnya akan mendapatkan
hasil dalam bentuk perubahan tingkah laku siswa.
Menurut teori ini, yang terpenting
adalah masukan (input) yang berupa stimulus dan keluaran (output) yang berupa
respons, dan apapun yang terjadi di antara stimulus dan respon, dianggap tidak
penting diperhatikan karena tidak dapat diamati. Alasan ini karena
behavior adalah teori yang mengutamakan pengukuran dan sesuatu yang dapat
diukur dalam proses pembelajaran adalah stimulus yang diberikan guru dan
respons yang dihasilkan siswa dalam bentuk perubahan tingkah laku. Hal ini
senada seperti yang dinyatakan oleh Jhon W.Santrock bahwa menurut behavioris,
bahwa pemikiran, perasaan, dan motif bukan
subjek untuk ilmu perilaku sebab tidak dapat diobservasi secara langsung.
Syaiful Akhyar Lubis yang dikutip
dari google, menuliskan teori-teori yang dapat dikelompokkan pada teori
behavioristik, antara lain :
1) Koneksionisme ( Thorndike )
2) Classical conditioning (Pavlov,
Watson)
3) Systematic behavior theory (Hull,
Spence)
4) Contiguous conditioning (Guthrie)
5) Descriptive behavior atau
operant conditioning (Skinner).
Lebih lanjut, Syaiful Akhyar Lubis
menuliskan bahwa menurut Bigge, teori behavior memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Mementingkan faktor lingkungan
2. Mementingkan bagian-bagian (elemen)
3. Mengutamakan mekanisme peranan reaksi
4. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar
5. Mementingkan sebab-sebab di waktu yang lalu
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan
7. Dalam memecahkan masalah, ciri khasnya adalah “trial
and error”[8]
Tak ada gading yang tak retak, satu
pribahasa yang menggambarkan bahwa tak ada yang sempurna, dalam hal ini tidak
terkecuali teori behavior, karena itu di samping kelebihan tentulan ada
kekurangannya, Ella Yulaelawati menguraikan kelebihan dan kelemahan teori
behavior, sebagai berikut :
1) Kelebihan behavirostik : peserta
didik difokuskan pada tujuan yang jelas sehingga dapat menanggapi secara
otomatis. Contoh : peserta didik mampu menjelaskan sifat-sifat air, maka
diharapkan peserta didik mampu menjawab pertanyaan tentang sifat-sifat air.
2) Kelemahan behavirostik : peserta
didik dapat berada dalam situasi dimana rangsangan (stimulus) dari jawaban yang
benar tidak tersedia. Contoh : peserta didik harus membuang sampah pada
tempatnya, tetapi tidak tersedia tempat dan sistem pembuangan sampah.
Dalam behavior ada beberapa
pendekatan untuk pembelajaran, yaitu ;
1) Pengkondisian
Klasik : yaitu tipe pembelajaran dimana suatu organisasi
belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasi stimuli.
Maksudnya stimulus netral (seperti melihat seseorang) diasosiasikan dengan
stimulus yang bermakna (seperti makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk
menimbulkan respons yang sama, Pavlov memberikan contoh : seekor anjing saat
melihat makanan maka ia akan mengeluarkan air liur, tetapi ketika ia mendengar
bel, anjing tidak mengeluarkan air liur. Kemudian Pavlov mengkondisikan ketiga
hal tersebut dalam sebuah proses, di mana stimulus dan diberikan adalah
makanan dan bel yaitu adanya percobaan pembiasaan ketika anjing mendengarkan
suara bel, berarti waktu makan telah tiba sehingga anjing mengeluarkan air
liur, akhirnya output yang dihasilkan oleh Pavlop adalah saat anjing mendengar
bel maka ia mengeluarkan air liur karena teringat akan makanan.
2) Pengkondisian Operan : sebentuk
pembelajaran dimana konsekuesi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan
dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi. Tokoh
pendekatan ini adalah B.F. Skinner yang didasari pandangan E.L. Thorndike.
Adapun contohnya adalah E.L. Thorndike memperlajari kucing dan kotak. Ia
memasukkan kucing yag lapar dalam kotak dan meletakkan ikan di luar kotak. E.L.
Thorndike membuat tombol di dalam kotak agar kucing bisa keluar. Pada percobaan
pertama, kucing melakukan beberapa gerakan untuk bisa keluar dari kotak dan
tanpa sengaja menginjak tombol dan akhirnya ia bisa keluar, Pada
percobaan berikutnya kucing dimasukkan kembali dan gerakan awal mulai berkurang
sampai ia bisa menginjak tombol. Percobaan ini berakhir sampai kucing ketika
dimasukkan ke dalam kotak, dengan sekali pijakan ia menginjak tombol dan
langsung keluar dari kotak.[9]
Prinsip-Prinsip Behaviorisme, yaitu :
1. Objek psikologi adalah tingkah laku, mazhab
ini memandang objek psikologi bukanlah kesadaran tapi tingka laku. Sehingga
pengalaman-pengalaman psikis tidak diteliti dalam perubahan-perubahan gerakan
badaniah yang observable. Metode yang dipakai dalam pengkajian objek sepenuhnya
menerapkan metode yang dipakai dalam kajian ilmu pengatahuan alam.
2. Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada
refleks-refleks. Behaviorisme menindaklanjuti apa yang telah dirintis psikologi
asosiasi yang ingin menemukan elemen-elemen apa yang mendasari tingka laku, dan
ternyata elemen-elemen tersebut, berada pada refleks-refleks atau reaksi yang
tidak disadari terhadap suatu rangsang.
3. Behaviorime, idak mengakui adanya potensi bawaan seperti
bakat, sifat umum yang menurun. Sebab pendidikan dan lingkungan memegang
kekuasaan penuh terhadap proses pembentukan perilaku individu.[10]
b. Pendekatan Kognitif
Teori belajar kognitif merupakan
teori yang lebih mengutamakan proses belajar daripada hasil belajar. Para
penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respons (dalam aliran behavioristik). Karena
tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi
yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori ini berpandangan bahwa belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi,
emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Ada dua pendekatan dalam teori
kognitif yaitu :
1) Teori
Kognitif Sosial Bandura : Teori ini menyatakan bahwa faktor sosial dan
kognitif, dan faktor perilaku, memainkan peranan penting dalam pembelajaran.
Faktor kognitif mungkin berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan;
faktor sosial mungkin mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orangtuanya.Dalam
model ini, faktor person atau kognitis memegang peranan penting yang disebut
juga dengan self-efficacy yaitu adanya keyakinan bahwa seseorang dapat
menguasai situasi dan menghasilkan suatu hasil yang bernilai positif.
2) Pembelajaran
Observasional : Pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan
meniru perilaku orang lain.
Teori-teori yang dapat dikelompokkan pada teori
kognitif antara lain :
1) Teori Gestalt (Koffks, Khlor,
Wertheimer )
2) Teori Medan (Lewin)
3) Teoti Organistik (Wheeler).
4) Teori Sains Gestalt
5) Teori Humanistik (Masloew, Rogers)
Dan ciri-cirinya adalah :
1) Mementingkan
apa yang ada alam didik perserta didik,
2) Mementingkan
keseluruhan
3) Mementingkna
peranan kognitif
4) Mementingkan
keseimbangan dalam diri peserta didik.
5) Mementingkan
kondisi yang ada pada waktu kini
6) Memnetingkan
pembentukan struktur kognitif
7) Dalam
pemecahan problem, cirinya adalah insight.
Adapun kelebihan
dan kelemahan teori kognitif, Ella
Yulaelawati kembali menjelaskan yaitu :
1) Kelebihan kognitif : penerapan
teori kognitif bertujuan untuk melatih peseta didik agar mampu mengerjakan
tugas dengan cara yang sama dan konsisten. Contoh : cara belajar peserta didik
berbeda-beda, mereka perlu secara rutin dilatih untuk mencapai cara umum yang
tepat.
2) Kelemahan kognitif : peserta didik
belajar suatu cara melesaikan tugas, tetapi cara yang dipilih belum tentu yang
terbaik. Contoh : peserta didik belajar cara menulis surat dengan cara yang
sama, perlu diperhatikan.
Pembahasan tentang teori psikologi
tentang belajar menjelaskan kepada kita bahwa ilmu untuk mengetahui jiwa dalam
hal ini erat kaitannya dengan belajar, baik dalam langkah awal, kemudian
terjadinya proses, sampai kepada hasil belajar itu sendiri, sangat dibutuhkan
dalam dunia pendidikan terkhusus dalam masalah belajar. Kebutuhan ini bukan
hanya sekedar mencapai hasil maksimal dalam bentuk nilai-nilai, tetapi lebih
dalam dari itu ilmu psikologi ini akan mengiringi langkah-langkah perubahan
anak sesuai dengan karakter dan talenta yang dimilikinya. Pada proses selanjutnya
terjadi perkembangan sehingga melahirkan teori-teori belajar yang akan membantu
dalam proses belajar dan perolehan hasil belajar yang maksimal.
3. Aplikasi
Teori Psikologi dan Belajar dalam Pembelajaran
Menurut C.Asri Budiningsih, aliran
psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan
peraktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Alasan
ini disebabkan karena aliran behavior menekankan pada terbentuknya model
hubungan stimulus dan respon. Sehingga sangat terkesan pelajar menjadi individu
yang pasif. yang berperilaku sesuai stimulus yang diberikan pengajar. Dan
metode yang dipakai dalam teori ini hanya menggunakan metode pembiasaan atau
drill, sehingga pelajar dapat dibentuk dengan situasi tertentu. Maka untuk
mengaplikasikan teori ini dibutuhkan beberapa hal, antara lain menurut C.Asri
Budiningsih adalah tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran,
karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia
pembelajaran yang dirancang dan dilaksananakan berpijak pada teori
behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, tidak
berubah.
Teori behavioristik merupakan teori
yang secara khusus bicara tentang perubahan tingkah laku yang nampak secara
lahiriah, karena itu para pelajar diatur dengan penegakan disiplin yang ketat
dan mengutamakan pembelajaran melalui buku teks yang merupakan pegangan wajib
pelajar.
Secara umum, langkah-langkah
pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang dikemukakan oleh Suciati
dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan dalam merancang pembelajaran.
Langkah-langkah tersebut meliputi :
a. Menentukan tujuan-tujuan
pembelajaran
b. Menganalisis lingkungan kelas yang
ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal ( entery behavior)
siswa.
c. Menentukan materi pelajaran.
d. Memecah materi pelajaran menjadi
bagian kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik dan sebagainya.
e. Menyajikan materi pelajaran
f. Memberikan
stimulus dapat berupa pertanyaan, baik lisan maupun tertulis, tes / kuis,
latihan atau tugas-tugas.
g. Mengamati dan mengkaji respons yang
diberikan siswa.
h. Memberikan penguatan / reinforcement
( mungkin penguatan positif) ataupun penguatan negatif) ataupun hukuman.
i. Memberikan
stimulus baru
j. Mengamati
dan mengkaji respons yang diberikan siswa.
Berikut pemakalah memberikan contoh
dengan mengaplikasikan teori belajar behavior dari teori belajar E.L.
Thorndike.
a. Tujuan
pembelajaran :
v Siswa dapat mengucapkan
kosa kata dalam bahasa
Arab tentang
fasilitas
umum.
v Siswa dapat menggunakan kosa
kata bahasa arab (fasilitas umum) dalam kalimat.
b. Pengetahuan Awal :
v Siswa telah mengetahui Bahasa Arab tentang Isim
Isyarat (kata tunjuk).
c. Materi
Pelajaran
: Fasilitas umum
d. Sub pokok
bahasan : -
e.
Penyajian
materi
: Praktek yang dilakukan oleh guru
f. Memberikan
stimulus : Pertanyaan yang diberikan oleh guru
g. Mengamati respon
siswa :
v Siswa dapat menebak gerakan yang
dilakukan oleh guru
h. Memberikan penguatan : Guru
memberikan reward berupa pujian
i. Memberikan stimulus baru
:
v Guru memerintahkan siswa untuk melafalkan
kosa kata Bahasa Arab dan menggunakannya dalam bentuk kalimat
j. Mengamati respon
siswa :
v Siswa dapat melafalkan kosa kata
Bahasa Arab dan menggunakannya dalam bentuk kalimat.
Sedangkan teori belajar kognitif
sangat berbeda dengan teori belajar behavioristik. Sudah dijelaskan sebelumnya
bahwa teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
belajarnya. Model belajar kognitif menyatakan hubungan tentang adanya tingkah
laku seseorang dengan perpepsi pemahamannya terhadap situasi yang
berkaitan erat dengan tujuan belajar yang diinginkan.
Kembali C.Asri Budiningsih
mengatakan bahwa belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak
selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Maka aliran ini
berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup
ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar
merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Adapun prinsip – prinsip yang dipakai dalam aplikasi
teori kognitif adalah :
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa
yang muda dalam proses. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui
tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal
sekolah dasar, akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan
benda-benda kongkrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif
dalam belajar amat dipentingkan karenanya dengan mengaktifkan siswa, maka
proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan
baik.
4. Untuk menarik minat dan menimgkatkan
prestasi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki sipelajar.
5. Belajar memahami akan lebih bermakna
dari pada belajar menghapal. Agar bermakna, informsi baru harus disesuaikan dan
dihubungkan dengan pengeahuan yang dimiliki siswa. Tugas guru adalahmenunjukkan
hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui
siswa.
6. Adanya perbedaan individual pada
diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi,
persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.
Langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget yang
dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan :
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Memilih materi pelajaran
c. Menentukan topi yang dapat
dipelajari siswa secara aktif
d. Menentukan kegiatan belajar yang
sesuai untuk topik-topik tersebut, misalnya penelitian, memecahkan masalah,
diskusi dan sebagainya.
e. Mengembangkan metode pembelajaran
untuk merangsang kreatifitas dan cara berpikir siswa.
f. Melakukan
penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Berikut pemakalah memberikan contoh dengan
mengaplikasikan teori belajar kognitif dari teori Gestalt.
a. Tujuan pembelajaran
:
v Siswa dapat menjelaskan siklus hujan
v Siswa dapat menggambarkan siklus hujan
b. Materi Pelajaran
: Siklus Hujan
c.
Topik
pelajaran
: Proses terjadinya hujan
d.
Kegiatan pembelajaran :
Pengamatan pada gambar .
e.
Metode
Pembelajaran : Diskusi
f.
Penilaian
akhir
:
PENUTUP
Kesimpulan
Teori dalam ilmu pengetahuan adalah
seperangkat konsep yang saling terkait yang digunakan untuk menjelaskan
sekumpulan data dan untuk membuat prediksi tentang hasil dari suatu kegiatan
eksperimen di masa depan. Beranjak dari pengertian teori, para pakar pun
membuat konsep-konsep yang dapat menjelaskan pengertian dan memberikan
pemahaman yang mendalam tentang sesuatu, terkhusus tentang ilmu psikologi
dengan cabang keilmuannya yaitu Psikologi Pendidikan, yang mengkhususkan diri
pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan,
maupun Psikologi belajar yang berisi teori-teori psikologis
mengenai belajar yakni teori-teori yang khusus mengupas cara individu belajar
atau melakukan pembelajaran.
Dalam Psikologi Pendidikan terdapat
beberapa pendekatan yaitu pendekatan behavior, yang menekan pada terbentuknya
model hubungan stimulus dan respon. Dan teori kognitif yaitu model belajar di
mana tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Baik teori behavior maupun kognitif,
keduanya memiliki kelebihan dan kelemahan. Namun, keberadaan kedua teori
tersebut sangat membantu dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap tercapainya
tujuan pendidikan secara maksimal, yang bukan hanya mengupas tentang pribadi
orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran, bahkan membahas faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan belajar yang berada di luar diri individu itu
sendiri.
.
Saran
a.
Untuk mencapai tujuan pendidikan
yang maksimal maka diperlukan berbagai upaya dalam prosesnya, seperti
perencanaan pembelajaran yang baik, pemilihan teori belajar yang tepat,
persiapan diri yang matang, dan lain-lain.
b.
Karena pentingnya mendalami
psikologi pendidikan dan teori-teori belajar, maka sudah seharusnya sebagai
seorang guru terus memacu dan meningkat kemampuan diri dengan banyak membaca,
kemudian menganalisa, dan melahirkan inovasi baru dalam dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Islamuddin, Haryu. 2012. Psikologi Pendidikan. Jember: Pustaka
Belajar.
Khadijah, Nyayu. 2009. Psikologi Pendidikan. Palembang: CV.
Grafika Telindo.
Mahmud. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Purwanto, M. Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
www.google.co.id
[1]
Www. Google. Co.id
[2]
Dr.nyayu Khadijah, S.Ag., M.Si, Psikologi Pendidikan, (Palembang :
Grafika Telindo Press, 2009) Hlm. 61
[4]
Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A.,
Ed.S., Ph.D, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2008) Hlm. 1
[5]
www. Google. Co.id
[6]
Dr. H. Mahmud, M.Si, psikologi
pendidikan, (Bandung : CV. Pustaka setia, 2010) Hlm. 63
[7]
DRS. M. Ngalim purwanto, MP, Psikologi
Pendidikan, (Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya, 2010) Hlm. 84
[8]
Haryu Islamuddin, op.cit, Hlm. 62
[9] Www.google.co.id
[10] Haryu Islamuddin, op.cit, Hlm. 64
[11]
www. Google. Co.id
tolong tinggalkan komentar ya gaes.. thanks udah mampir di blog kami.. semoga bermanfaat,..
ReplyDelete