PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalaht
Pada dasarnya berfikir adalah daya yang
paling utama dan merupakan ciri yang khas yang membedakan antara manusia dan
hewan. Berfikir adalah salah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan
penemuan yang terarah pada suatu tujuan. Manusia berfikir untuk menemukan
pemahaman dan pengertian yang dikehendaki. Dalam berfikir, manusia mengolah,
mengorganisasikan bagian-bagian dari pengetahuannya. Sehingga pengalaman dan
pengetahuan yang tidak teratur menjadi tersusun dan merupakan
kebulatan-kebulatan yang dapat dikuasai dan dipahami.
Tidak semua manusia mempunyai tipe dan
pola berfikir yang sama. Sama halnya dengan sebuah pendapat, tidak semua orang
bisa menghasilkan sebuah pendapat yang sama. Secara umum, tipe berfikir ada dua
yakni tipe berfikir vertikal dan lateral. Setiap individu cenderung terhadap
salah satu tipe berfikir tersebut. Keahlian yang dihasilkan setiap individu pun
berbeda-beda, tergantung tipe berfikir yang mana yang cenderung dalam diri
individu itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja tipe-tipe berfikir?
2. Apa saja pola-pola dalam berfikir ?
PEMBAHASAN
JENIS,TIPE, DAN POLA BERFIKIR
Secara sederana berfikir adalah memproses informasi
secara mental atau secara kognitif, jadi berfikir adalah sebuah representasi simbol
dari beberapa peristiwa dengan interaksi yang kompleks .
1.
Tipe berfikir
Ada beberapa jenis dan tipe berfikir. Morgan
dkk (1986) membagi dua jenis berfikir, yaitu
berfikir autistik dan berfikir langsung.
Berfikir autistik (autistic thinking)
yaitu suatu proses berfikir yang sangant pribadi menggunakan simbol-simbol
dengan makna sangat pribadi, contohnya adalah mimpi. Berfikir langsung (directed thinking) adalah berfikir
untuk memecahkan masalah(Morgan dkk,1986).
2.
Pola berfikir
Menurut Kartini Kartono (1996) ada enam pola
berfikir yaitu:
1. Berfikir Koknitif, yaitu berfikir dalam dimensi ruang, waktu, tempat tertentu.
2. Berfikir Abstrak, yaitu berfikir dalam ketidak berhinggaan, sebab bisa dibesarkan
atau disempurnakan keluasanya.
3. Berfikir Klasikatoris, yaitu berfikir mengenai klasifikasi atau
pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.
4. Berfikir Analogis, yaitu berfikir untuk mencari hubungan antar peristiwa atas dasar
kemiripannya. Analogi berarti persamaan atau perbandingan. Berfikir analogi
ialah berfikir dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan fenomena-fenomena
yang biasa atau pernah dialami yang berlaku pula fenomena yang dialami sekarang[1].
5. Berberfikir ilmiyah, yaitu berfikir dalam hubungan yang luas,
degan pengertian yang lebih kompleks yang disertai pembuktian- pembuktian.
6. Berfikir pendek, yaitu lawan dari berfikir ilmiyah yang terjadi secara lebih cepat,
lebih dangkal, dan sering kali tidak logis.
3.
Tipe-tipe berfikir
De Bono (1989) mengemukakan dua tipe berfikir, yaitu: (1) berfikir vertikal, atau
dikenal juga dengan nama berfikir konvergen, yaitu tipe berfikir tradisional
dan generative yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan
menggunakan informasi yang relevan. (2)berfikir lateral, yaitu tipe berfikir selektif
dan kreatif yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berfikir
tetapi juga untuk hasil, dan dapat menggunakan informasi yang tidak relevan
atau boleh salah dalam beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.
1. Berfikir vertkal / berfikir konvergen
Berfikir
konvergen yang bersumber dari fungsi belahan otak kiri ini merupakan cara
berfikir vertical, rasional, metodis analitis,dan linier dan menuju pada suatu
kesimpulan tertentu. Orang dengan kecenderungan berfikir secara konvergen mampu
menangkap objek stimulus dengan baik, banyak membutuhkan fakta yang real untuk
membuat suatu kesimpulan, lebih mementingkan sturktur dan kepastian, serta
menggunakan bahasa dan logika dalam berfikir. Pemikir konvergen cenderung
menyukai tugas-tugas praktis, kegiatan yang terstruktur, bekerja dengan fakta,
berfikir dan bertindak secara bertahap, serta memandang setiap persoalan secara
serius.
Cara
berfikir konvergen adalah cara berfikir dimana seseorang didorong untuk
menemukan jawaban yang benar atas suatu permasalahan. Cara berfikir konvergen
nyaris terfokus, intens, cepat, lokasi memori tertentu. Strategi ini diperlukan
untuk menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan angka-angka, memecahkan
masalah analogi verbal, atau mengingat ejaan dari suatu kata yang lebih banyak
berkaitan dengan kemampuan intelektual.
Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa cara berfikir konvergen secara umum memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Vertical
b. Konvergen
c. Sistematis struktur
d. Logis rasional empiris
e. Dependen
f. Teramalkan
2. Berfikir Lateral/Berfikir Divergen
Cara
berfikir Diverge adalah pola berfikir seseorang yang lebih didominasi oleh
berfungsinya belahan otak kanan, berfikir lateral, menyangkut pemikiran sekitar
atau yang menyimpang dari pusat persoalan (Crowl, Keminsky, dan Podell 1997).
Berfikir Divergen adalah berfikir kreatif, berfikir untuk memberikan bermacam
kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada
kuantitas, keragaman, dan originalitas jawaaban (Munandar,1992). Cara berfikir
Divergen menunjuk pada pola berfikir yang menuju ke berbagai arah dengan
ditandai oleh adanya kelancaran kelenturan, dan keaslian (Briggs dan
Moore,1993).
Sesuai
dengan fungsi kerja otak kanan, berfikir secara Divergen adalah cenderung
lateral, tidak rasional, lebih banyak berurusan dengan gambaran intuisi yang
yang menyatukan berbagai ide terpisah kedalam satuan ide baru yang utuh.
Berfikir Divergen mampu menangkap objek secara keseluruhan dengan baik, tapi
kurang mampu menangkapdetail objek bersangkutan. Pemikir divergen cenderung
menyukai ketidak pastian, senang bergulat dengan ilmu-ilmu yang sukar dipahami
melalui logika, tertarik pada pernyataan/pertanyaan yang memiliki banyak
jawaban, peka terhadap sentuhan rasa dan gerak, serta lebih menyukai kiasan dan
ungkapan. Dalam memberikan penjelasan, pemikir divergen sering menggunakan
gambar atau gerak tertentu. Orang dengan kencenderungan cara berrfikir divergen
lebih mudah mengingat wajah daripada nama, banyak bekerja dengan imajinasi,
menghadapi sesuatu(masalah) dengan santai, dan menyukai kebebasan.
Dalam
konteks ini proses berfikir kreatif dimana kemampuan untuk mencari
hubungan-hubungan baru, kombinasi-kombinasi baru antar unsur, data, dan hal-hal
yang sudah ada sebelumnya untuk menjawab suatu persoalan menjadi salah satu
bentuk real dari cara berfikir divergen.
Berfikir
divergen adalah berfikir secara sistematik(system thinking) yang memusatkan pada
bagaimana sesuatu berinteraksi denngan unsur-unsur pokok lain dalam satu
system, serangkaian elemen berinteraksi untuk menghasilkan suatu keutuhan.
Berfikir system bekerja dengan memperlus pandangan kedalam perhitungan dan
jumlah yang lebih memungkinkan untuk dipecahkan, tidak hanya tertuju pada suatu
jawaban yang pasti.
Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa cara berfikir divergen secara umum memiliki
karakteristik:
a. Lateral, artinya memandang suatu
persoalan dari beberapa sisi
b. Divergen menyebar ke berbagai arah untuk
menemukan banyak jawaban
c. Holistic-sistematik, bersifat menyeluruh
global
d. Intuitif-imajinatif
e. Independen
f. Tidak teramalkan
Baik tipe berfikir vertical maupun lateral, keduanya
sama-sama dibutuhkan, bahkan sebenarnya saling melengkapi, tergantung pada
tujuan berfikir. Berfikir vertikal mengembangkan gagasan yang dibangkitkan oleh
berfikir lateral.
KESIMPULAN
Didalam berfikir, ada beberapa
macam jenis, pola, dan tipe berfikir, dan kesemuanya itu merupakan suatu tahapan
dalam berfikir. Sepertihalnya dalam jenis berfikir seperti yang di kemukakan
oleh Morgan dkk (1986) bahwasanya berfikir dibagi menjadi dua jenis berfikir, yaitu berfikir autistik dan berfikir langsung.Lain halnya dengan jenis
berfikir, dalam pola berfikir terdapat enam pola berfikir, yakni: Berfikir
Koknitif, Berfikir Abstrak, Berfikir Klasikatoris, Berfikir Analogis,
Berberfikir ilmiyah, dan Berfikir pendek.Sedangkan tipe berfikir oleh Debono
dibagi menjadi dua jenis yakni berfikir vertikal dal berfikir lateral.
Jadi setiap individu itu memiliki
jenis, pola, dan tipe berfikir yang berbeda, tapi pada dasarnya seluruh jenis,
pola, dan tipe berfikir setiap individu mengacu pada seluruh ungkapan yang
telah dikemukakan oleh para ahli yang telah dijelaskan diatas.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr. khadijah nyayu.S.Ag.M.Si.2009,
psikologi pendidikan, Palembang: grafika telindo press
DRS.
Ngalim M Purwanto, 1990, Psikologi
Pendidikan, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya
Walgito, B. 1997.pengantar psikolog umum. Yogyakarta:
Penerbit Andi
tolong tinggalkan komentar ya.. thanks udah mampir di blog kami.. semoga bermanfaat,..
ReplyDelete